Sunday, April 18, 2010

Cimol

Yang sering mengunjungi atau bertempat tinggal di Bandung, pasti tau makanan jenis apa cimol ini.

Yup, terbuat dari aci dicampur ikan tenggiri atau malah ada yang hanya menggunakan aci saja. Kemudian dibentuk bulat-bulat kecil dan digoreng. Dan disantap menggunakan cabe bubuk dan garam bubuk.Dengan harga Rp.1000 - Rp.2500, tergantung lokasi jualan, kita bisa menikmati sebungkus cimol. Tapi ya, jika suatu waktu anda semua ingin menikmati cimol, ada satu yang terkenal enak dan pedas mantap! Cimol BCA surya sumaantri. Kalo ke arah Maranatha, pasti lewatin dah tempatnya, asal agak teliti ngeliatnya. Harganya murah, cuman Rp.1500. Tapi, dijamin pasti puas!

Saturday, April 17, 2010

Bebek Original vs. Bebek Van Java

Ok, ini blog kuliner pertamaku. Aku punya blog sebelumnya dari situs yang sama, tetapi lebih mengenai kehidupan jiwaku. Halah!

Hari ini, aku mencoba sesuatu yang baru, sesuatu yang tak pernah ingin kusentuh tetapi seharian ini selalu ada dalam otakku dan bahkan terbayangkan kelezatannya. Bebek! Yup, bebek. Satu-satunya daging unggas yang tak pernah ingin kusentuh, tapi malam ini aku sangat ingin memakannya. Maka, pergilah aku ke Bebek Van Java yang lokasinya ada di Simpang Lima Dago. Cukup mudah untuk mencarinya.

Tiba di sana, kami langsung diberi pilihan apa kami ingin makan di lantai pertama atau kedua. Kami pun tanpa basa basi lebih memilih untuk menyantap masakan mereka di lantai kedua tempat yang terbilang cukup kecil ini. Menu yang disodori juga beragam, meskipun intinya adalah bebek goreng, bebek bakar ataupun ayam goreng. Satu opsi yang membuatku tertarik, yaitu paket berdua yang berisikan bebek original/bebek van java. Aku bertanya apa beda kedua menu ini? Ternyata bedanya terletak pada keremes. Bebek original, tentu saja, memakai kunyit dan digoreng beitu saja serta tidak memakai keremes sedangkan Bebek van java memakai kunyit, kemiri dan sebagainya serta keremes. Hmm... sebuah perbedaan yang cukup mencolok dan mudah ditebak menurutku. Ya sudahlah, kami lebih tertarik untuk memesan beberk original.

Sambalnya yang sudah disediakan di setiap meja pun ada dua jenis, sepertinya yang satu memakai gula merah dan yang satu lagi sambal biasa yang pedasnya WOW! (kata pacarku), yah setidaknya itu menurut observasiku.

Pelayanannya yg tak begitu lama cukup membuatku puas sehingga aku bisa dengan segera mencicipi daging bebek pertamaku. "Empuk," ujar pacarku. Ya, memang dagingnya empuk tapi karena aku memesan bagian paha jadi aku sedikit tidak setuju dengan opininya. Sedangkan dia yang memesan dada, dengan gampang mengoyak setiap inci daging bebek itu. Yum! Enak. Ternyata seperti ini rasa bebek, pikirku. Tapi sayangnya, gambaran otakku tentang bebek yg hidup di sawah tak bisa lepas, alhasil aku memakannya dengan setengah hati. Aaah! Padahal makanannya enak, bisa membuat tempat ini menjadi salah satu tempat yang pantas untuk direkomendasikan.

Mungkin setelah ini, aku akan mencoba untuk mencicipi daging bebek keduaku, Bebek Darmo. Wuuiih, kata orang-orang, sangat enak. Tapi, we'll see.